Cinta itu tentang mengikhklaskan
Aku pergi bukan tuk dicari, aku tidak sepecundang untuk
melakukan itu. Aku pergi karna ada saatnya aku mengasihani hati ku sendiri
saat, penantian ku kau abaikan. Aku yang menantimu dari delapan bulan lalu, aku
yang menggagumimu diam-diam dari delapan bulan lalu, aku yang selalu tersenyum saat
melihat mu tersenyum, aku yang bersedih ketika melihat muka mu murung, aku yang
selalu mengiyakan inginmu, semisal “Wel, tolong bangunkan aku jam setengah tuju
besok” atau “Wel, aku ingin secangkir teh hangat” kau tau? Aku paling malas
untuk bangun pagi, tapi karna kau ingin setiap malam sebelum tidur aku mengatur
alarm untuk jam setengah tuju hanya ingin membangunkan mu, setelah kau bangun
aku kembali ke kamar ku untuk tidur lagi. Bahkan, apakah kau tau? Demi
membuatkan mu secangkir teh aku rela melawan ketakutanku, menyalakan kompor.
Sungguh lucu rasa cinta mampu mengalahkan kemalasan dan ketakutan seseorang. Apa
kau juga tau, setiap malam aku selalu menunggu di ruang tengah hanya untuk
membuka kan pintu rumah untuk mu. Padahal, yang temanmu itu sepupu laki-laki ku
bukan aku. Aku hanyalah seorang anak kecil berumur tuju belas tahun yang masih
duduk di bangku kelas tiga SMK. Jika kamu tak datang, aku selalu terjaga sampai
jam satu atau dua dini hari untuk memastikan suara pintu kamar sepupu laki-laki
ku terbuka atau tidak. Paginya, aku selalu mengecek ke depan rumah hanya untuk
melihat sandal mu dan motor mu, apakah semuanya ada apakah semuanya nyata. Jika
semua itu benar, aku selalu siap-siap lalu membangunkan mu. Kalau pun tidak
ada, aku selalu menenangkan diri “Kamu punya kehidupan sendiri”
Tapi, semuanya berubah saat kau mulai dekat dengan mantan
kekasihmu. Aku bisa apa selain berdoa? Hampir setiap malam aku menangisi kisah
cinta ku yang malang ini, hampir setiap hari aku memaksakan senyum agar bisa
menutupi kesedihan ku. Ini begitu tidak
adil bagiku, bayangkan saja aku yang selalu menunggumu kalah oleh kehadiran
mantan mu. Entah Tuhan sedang membuatku bahagia atau kau sedang berbuat baik
denganku, kau mengajak ku keluar bersama kakak sepupu ku. Jelas aku bahagia
bisa satu mobil dengan mu, dan mendengarkan lagu Beauty and a beat cover Alex
Goot, Kurt Schneider, Chrissy Costanza. Kau ikut bernyanyi aku hanya
berdendang. Kebahagiaanku tidak berhenti sampai situ, sepulangnya dari toko
besar aku, kamu, dan sepupuku duduk-duduk di ruang tengah, kau ingat aku
membuat dua cangkir kopi untuk sepupu laki-laki ku dan kamu. Dua cangkir teh
untuk ku dan sepupu prempuan ku. Kita selfie berdua, ya aku dan kamu. Aku
bahagia akan itu karna apa? Belum tentu kamu dan mantan mu yang sedang CLBK
pernah melakukan itu. Aku yang mengerjai mu untuk berpose alay, aku yang
menertawai tulisan mu untuk difoto agar bisa kau kirim kan ke mantan mu,
benar-benar bukan tawa menghina hanya saja tawa itu tulus adanya. Aku mampu
tertawa melihat kau bahagia. Sungguh luar biasa detik itu pun aku merasa aku
mulai tumbuh dewasa. Aku yang sengaja meletakkan sticker hadiah kaos “Patrick”
di meja agar kau mengambilnya. Sungguh sebuah kesengajaan atau keajaiban, kau
meminta itu kepada sepupu laki-laki ku. Kau mengambil nya, “Yah, yaudahsi buat
kamu aja” Ucapku. “Punyamu?” Tanya mu. “Ya, hadiah kaos kemarin yang aku pakai”
jawab ku dengan sumringah. Aku tidak pergi dalam keadaan hampa, sebelumnya
terimakasih untuk malam terakhir saat kita berbincang bersama, jujur saja tak
ada luka disana hanya ada tawa bahagia. Aku mulai berpikir kabar buruk dari
mencintai mu adalah bahwa kamu tidak mencintaiku. Kabar baiknya cinta itu
tentang keikhlasan bukan tentang saling memiliki.
Paginya, seperti biasa aku membangunkan mu. tapi tidak
seperti biasanya aku langsung tidur, pagi itu aku membereskan barang-barang ku
di kamar sepupu prempuan ku. Ya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua
ku sendiri. Kau tak perlu berada disampingku untuk bisa kucintai. Sekalipun kau
dalam dekapan orang lain, aku masih mampu.
adi
patrick irawan