Minggu, 27 Desember 2015

Cinta itu tentang mengikhlaskan



Cinta itu tentang mengikhklaskan



Aku pergi bukan tuk dicari, aku tidak sepecundang untuk melakukan itu. Aku pergi karna ada saatnya aku mengasihani hati ku sendiri saat, penantian ku kau abaikan. Aku yang menantimu dari delapan bulan lalu, aku yang menggagumimu diam-diam dari delapan  bulan lalu, aku yang selalu tersenyum saat melihat mu tersenyum, aku yang bersedih ketika melihat muka mu murung, aku yang selalu mengiyakan inginmu, semisal “Wel, tolong bangunkan aku jam setengah tuju besok” atau “Wel, aku ingin secangkir teh hangat” kau tau? Aku paling malas untuk bangun pagi, tapi karna kau ingin setiap malam sebelum tidur aku mengatur alarm untuk jam setengah tuju hanya ingin membangunkan mu, setelah kau bangun aku kembali ke kamar ku untuk tidur lagi. Bahkan, apakah kau tau? Demi membuatkan mu secangkir teh aku rela melawan ketakutanku, menyalakan kompor. Sungguh lucu rasa cinta mampu mengalahkan kemalasan dan ketakutan seseorang. Apa kau juga tau, setiap malam aku selalu menunggu di ruang tengah hanya untuk membuka kan pintu rumah untuk mu. Padahal, yang temanmu itu sepupu laki-laki ku bukan aku. Aku hanyalah seorang anak kecil berumur tuju belas tahun yang masih duduk di bangku kelas tiga SMK. Jika kamu tak datang, aku selalu terjaga sampai jam satu atau dua dini hari untuk memastikan suara pintu kamar sepupu laki-laki ku terbuka atau tidak. Paginya, aku selalu mengecek ke depan rumah hanya untuk melihat sandal mu dan motor mu, apakah semuanya ada apakah semuanya nyata. Jika semua itu benar, aku selalu siap-siap lalu membangunkan mu. Kalau pun tidak ada, aku selalu menenangkan diri “Kamu punya kehidupan sendiri”

Tapi, semuanya berubah saat kau mulai dekat dengan mantan kekasihmu. Aku bisa apa selain berdoa? Hampir setiap malam aku menangisi kisah cinta ku yang malang ini, hampir setiap hari aku memaksakan senyum agar bisa menutupi kesedihan ku.  Ini begitu tidak adil bagiku, bayangkan saja aku yang selalu menunggumu kalah oleh kehadiran mantan mu. Entah Tuhan sedang membuatku bahagia atau kau sedang berbuat baik denganku, kau mengajak ku keluar bersama kakak sepupu ku. Jelas aku bahagia bisa satu mobil dengan mu, dan mendengarkan lagu Beauty and a beat cover Alex Goot, Kurt Schneider, Chrissy Costanza. Kau ikut bernyanyi aku hanya berdendang. Kebahagiaanku tidak berhenti sampai situ, sepulangnya dari toko besar aku, kamu, dan sepupuku duduk-duduk di ruang tengah, kau ingat aku membuat dua cangkir kopi untuk sepupu laki-laki ku dan kamu. Dua cangkir teh untuk ku dan sepupu prempuan ku. Kita selfie berdua, ya aku dan kamu. Aku bahagia akan itu karna apa? Belum tentu kamu dan mantan mu yang sedang CLBK pernah melakukan itu. Aku yang mengerjai mu untuk berpose alay, aku yang menertawai tulisan mu untuk difoto agar bisa kau kirim kan ke mantan mu, benar-benar bukan tawa menghina hanya saja tawa itu tulus adanya. Aku mampu tertawa melihat kau bahagia. Sungguh luar biasa detik itu pun aku merasa aku mulai tumbuh dewasa. Aku yang sengaja meletakkan sticker hadiah kaos “Patrick” di meja agar kau mengambilnya. Sungguh sebuah kesengajaan atau keajaiban, kau meminta itu kepada sepupu laki-laki ku. Kau mengambil nya, “Yah, yaudahsi buat kamu aja” Ucapku. “Punyamu?” Tanya mu. “Ya, hadiah kaos kemarin yang aku pakai” jawab ku dengan sumringah. Aku tidak pergi dalam keadaan hampa, sebelumnya terimakasih untuk malam terakhir saat kita berbincang bersama, jujur saja tak ada luka disana hanya ada tawa bahagia. Aku mulai berpikir kabar buruk dari mencintai mu adalah bahwa kamu tidak mencintaiku. Kabar baiknya cinta itu tentang keikhlasan bukan tentang saling memiliki.

Paginya, seperti biasa aku membangunkan mu. tapi tidak seperti biasanya aku langsung tidur, pagi itu aku membereskan barang-barang ku di kamar sepupu prempuan ku. Ya, aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua ku sendiri. Kau tak perlu berada disampingku untuk bisa kucintai. Sekalipun kau dalam dekapan orang lain, aku masih mampu.

                                           adi patrick irawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar