BUKAN HANYA BAHAGIA YANG DIBALIK SENYUM
Suatu
malam kita iya aku dan mantanku bertemu di cafe pinggiran kota. “Aku sempat
gagal move on, seketika melihatmu berboncengan dengan lelaki lain waktu itu”.
Kata seseorang membuyarkan lamunanku yang tadinya menatap tajam gelas berisi
kenangan. Ah dia, seseorang yang sempat menyinggahi hatiku dulu. Kutatap
wajahnya ia tampak sama tak ada yang berubah. Hanya saja hatinya sudah bukan
lagi milikku.
“Maksudmu?
Bukannya kau sudah mempunyai kekasih?”. Jawabku sedikit tercengang mendapat
sapaan seperti itu. Dulu, sebelum putus dia sempat memfitnah ku menduakan
cintanya. Sudah kedua kalinya dia menfitnahku, aku muak dengannya kala itu.
Sejauh kita berjalan sampa membalikan tahun yang baru, dia masih belum juga
mempercayai kekasihnya. Lelahku saat itu membuat keputusan aku harus pergi
darinya. Jumat itu aku memutuskan hubunganku dengannya. Kedua harinya aku
melihat dia menggandeng tangan wanita lain, ya! Kekasih barunya. Sungguh sesak
dada ini menceritakan masa laluku dengannya.
“Entahlah,
ada perasaan yang janggal dihatiku ketika melihatmu bahagia dengan lelaki
lain”. Jawabnya polos. Aku tahu dia cemburu, tapi untuk apa sudah
berbulan-bulan dia merajut kasih dengan pasangannya hanya melihatku
berboncengan dengan lelaki lain hati dia goyah. “Mungkin karna kau belum
terbiasa”. Kataku mencoba membiasakan berbicara dengan tatapan mata yang sudah
bukan lagi milikku. “Mungkin, apa dia kekasihmu?”. Tanyanya lagi. “Kau terlihat
bahagia kala itu”. Lanjutnya. “Dia bukan kekasihku, aKu masih menikmati
kesendirianku”. Jawabku sambil mengotak-ngatik laptopku. “Ah tak usah
berbohong, aku melihatmu tersenyum denganya”. Elak mantanku. “Kau harus paham
terkadang dibalik senyuman tak hanya kebahagiaan disana, ada juga luka yang
bersembunyi dibalik senyuman”. Jelasku. Dia tersenyum “Kau masih sama, suka
berdrama, dewasa, kata-katamu slalu bisa membuat ku terenyuh”. Pujinya. “Kau
terlalu memuji kawan”. Jawabku seperti teman lama yang tak pernah bertemu.
Malam
semakin larut aku dengannya terdiam dalam pekatnya gelap. Masih saling
menikmati kopi masing-masing hanya saja aku dan dia menikmati kesunyian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar