Rindu
Rindu, rasa ini masih tentang kamu.
Sudah satu bulan terakhir kita tak bertemu. Kau ingat? Pagi bulan lalu, akhir
tahun. Kau ku bangunkan tidurnya sebelum akhirnya aku pergi membawa
barang-barang ku dan kenangan ku tentang kamu. Selepas tak bertemu itu, pernah
sesekali aku mengangkat telfon mu yang memanggil nomor bapak ku, kebetulan
beliau sedang di luar dengan segala kebruntungan ku hari itu, ku angkat
telfonmu. Mendengar suara mu seketika kenangan tentangmu yang ingin ku lupa kan
hadir kembali. Tapi sayang kau tak hafal suaraku jadi kau panggil aku ibuku.
Tak apa, aku memang tak penting untukmu.
Kau tau, apa yang aku sesali dari
semua ini. Aku menyesal belum sempat mengutarakan perasaan ku yang sesungguhnya
terhadapmu. Aku hanya berani mengungkapkan semua itu di hadapan orang lain dan
Tuhan. Aku pernah di beri waktu untuk mengungkapkan, pada malam rabu, sebelum
esok paginya aku pergi tepatnya di dalam mobil saat kita sedang berdua. Saat
aku memanggilmu sebenarnya aku bukan ingin menunjukkan foto gambar seram,
sebenarnya aku ingin mengungkapkan perasaan ku. Tapi ku urungkan niat itu, aku
pikir kau memang sudah berpacaran dengan mantan kekasihmu.
Jujur saja aku bukan wanita yang mudah
membuka kan hati ku untuk seseorang. Apa kau tau? Aku pernah di bully “Jadi
cewek jomblo terus, dasar gak laku-laku!” Kata-kata yang kejam untuk di dengar,
tapi aku sadar, aku gak seperti apa yang mereka bilang. Buktinya, banyak yang
ngedeketin aku lewat chatt facebook, chatt bbm. Harusnya aku membalas
pesan-pesan mereka untuk ku lampiaskan perasaanku yang bertepuk sebelah tangan
dengamu, tapi aku tak sejahat itu. Aku memilih untuk tidak membalas pesan-pesan
mereka, sampai ada lelaki yang menghujat aku prempuan jutek. Sebenarnya bukan
aku jutek, hanya saja susah sekali aku membuka hati untuk orang baru. Dan buat
ku hati ku masih ingin ku isi dengan namamu, walaupun ku tahu kau sudah
mempunyai kekasih.
Tuhan, jika ku di beri satu kesempatan
lagi kali ini aku pasti akan mengungkapkan perasaan ku yang lama terpendam. Tapi
aku tak tau kapan kesempatan itu tiba. Biar, biarkan saja aku seperti ini masih
tetep sendiri merawat luka hati dan mencoba berdiri. Jika tak ada kesempatan
itu, semoga Tuhan memberiku orang baru yang mampu menangkap perasaan ku. Ya,
semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar